Monday, August 22, 2011

Tips Menyimpan Sikat Gigi Agar Tidak Terkontaminasi Bakteri





Menggosok gigi berguna untuk membersihkan plak serta bakteri yang menempel pada gigi. Tapi jika sikat gigi tidak disimpan dengan benar, justru bisa menimbulkan infeksi atau menularkan penyakit tertentu.

"Sikat gigi mengandung banyak bakteri, karenanya harus disimpan dengan benar," ujar peneliti dari England's University of Manchester, seperti dikutip dari WebMD, Senin (22/8/2011).

Berapa banyak mikroorganisme yang dapat tersembunyi pada sikat gigi?

Peneliti menemukan bahwa satu sikat gigi bisa menjadi markas bagi lebih dari 100 juta bakteri. Bakteri yang bermarkas pada sikat gigi termasuk bakteri E.coli yang dapat menyebabkan diare dan bakteri staphylococcus yang dapat menyebabkan infeksi kulit.

"Intinya adalah, terdapat ratusan mikroorganisme dalam mulut kita setiap hari," ujar Gayle McCombs, RDH, MS, profesor dan direktur the Dental Hygiene Research Center di Old Dominion University.

Sementara itu dokter gigi Kimberley Harms, DDS selaku penasehat konsumen dari American Dental Association menuturkan hal yang harus diingat adalah plak yang menempel di gigi merupakan lapisan yang mengandung bakteri. Sehingga setiap kali seseorang menggosok gigi, bakteri yang berasal dari plak menempel pada sikat gigi.

Meski tubuh manusia memiliki kemampuan untuk melawan bakteri, tapi tak ada salahnya jika seseorang menyimpan sikat gigi sebaik mungkin agar tidak terkontaminasi oleh bakteri atau virus.

Beberapa tips menyimpan sikat gigi untuk meminimalkan terkontaminasi bakteri antara lain:

1. Perhatikan jarak tempat menyimpan sikat gigi dengan WC
Jika sikat gigi disimpan pada tempat yang terlalu dekat dengan WC, maka setiap kali seseorang menyiram WC memungkinkan tersemprotnya bakteri ke udara yang menyebabkan kontaminasi bakteri pada sikat gigi.

2. Cucilah tangan sebelum menyikat gigi
Seperti halnya sebelum makan, sebelum gosok gigi pun sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu.

3. Simpan sikat gigi setelah dibilas terlebih dahulu
Setelah memakai sikat gigi dan sebelum menyimpannya, bilaslah sikat gigi secara menyeluruh dengan air mengalir. Pastikan sikat gigi sudah bersih dari sisa pasta gigi yang menempel sebelum menyimpannya.

4. Simpan sikat gigi di tempat yang kering
Bakteri sangat menyukai tempat yang lembab, maka dari itu simpanlah sikat gigi di tempat yang kering. Pastikan tersimpan di tempat yang dapat menyebabkan sikat gigi kering setelah digunakan dan dibilas. Hindari memilih desain sikat gigi yang berpotensi menjadi lembab saat disimpan, sehingga akan menjadi tempat berkembang biaknya bakteri.

5. Simpan sikat gigi dengan kepala sikat menghadap ke atas
Menyimpan sikat gigi dengan posisi kepala sikat menghadap ke atas akan memungkinkan kepala sikat dapat kering atau tidak lembab ketika disimpan.

6. Simpanlah sikat gigi di tempat yang cukup tinggi
Sikat gigi yang disimpan pada tempat yang cukup tinggi dapat meminimalkan sikat gigi terkena percikan air ketika sedang menyiram atau mengguyur lantai kamar mandi atau toilet.

7. Jangan menggunakan sikat gigi bergantian dengan orang lain atau anggota keluarga lain
Sikat gigi merupakan barang yang sangat individual. Meskipun bersaudara, jangan menggunakan sikat gigi secara bergantian. Hal tersebut dapat memungkinkan terjadinya infeksi silang dari suatu bakteri atau virus bahkan jamur.

8. Jangan menyimpan sikat gigi berdekatan dengan sikat gigi orang lain atau anggota keluarga lain
Ketika sikat gigi disimpan secara berdekatan atau bahkan menempel dengan sikat gigi lain dapat memungkinkan terjadinya infeksi silang dari suatu bakteri, virus juga jamur. Setiap sikat gigi yang bersentuhan dengan sikat gigi lain dapat memungkinkan penyebaran bakteri.

9. Gantilah sikat gigi setelah sakit
Mengganti sikat gigi setelah mengalami sakit akan mencegah kekambuhan penyakit tersebut, terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus.

Gendong Bayi Menghadap Depan Bisa Bikin Bayi Stres




Ada berbagai cara menggendong bayi yang bisa dilakukan orangtua ketika sedang bepergian. Tapi menggendong bayi dengan menghadap ke depan bisa membuat bayi menjadi stres.

Cathrine Fowler seorang profesor keperawatan keluarga dan anak menuturkan anak-anak atau bayi akan merasa ketakutan jika ia dibawa dalam gendongan atau dorongan kereta bayi yang terlihat jauh dari orangtuanya.

"Gendongan bayi yang menghadap ke depan akan membuat bayi seperti dibombardir oleh stimulus atau rangsangan, sehingga menciptakan situasi yang sangat stres bagi bayi," ujar Fowler, seperti dikutip dari Dailymail, Senin (22/8/2011).

Profesor Fowler menuturkan kondisi ini akan membuat kaki dan tangan bayi bergoyang-goyang. Jika tidak mempertimbangkan perspektif si bayi, maka secara tidak sengaja orangtua cukup kejam terhadap anak-anaknya.

Pendapat dari Profesor Fowler yang bekerja di Sydney’s University of Technology ini didukung oleh sebuah penelitian tahun 2008 yang menemukan bahwa bayi menderita jika ia tidak melihat orangtuanya saat berada di dalam kereta dorong.

Dalam studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of Dundee diketahui bahwa bayi yang didorong dalam kereta menghadap ke depan memiliki tingkat kecemasan dan stres yang lebih tinggi. Hal ini karena bayi menjadi sulit mendapatkan perhatian orangtuanya dan jarang diajak berbicara.

Sedangkan bayi yang didorong dengan menghadap ke arah orangtuanya lebih mungkin untuk tertawa, mendengarkan suara ibunya serta memiliki tingkat stres yang lebih rendah.

"Data yang ada di kami menunjukkan bagi sebagian besar bayi, kehidupan di dalam kereta dorong miskin stimulasi dan cukup membuat stres, sehingga kemungkinan bayi tumbuh menjadi dewasa yang cemas," ujar Dr Suzanne Zeedyk selaku psikolog perkembangan.