
Radiasi dapat menyebabkan mutasi yang kadang-kadang dinyatakan sebagai cacat lahir, demikian menurutnya saat beliau mengomentari video yang beredar di situs Youtube mengenai seekor anak kelinci tanpa telinga yang lahir di wilayah Fukushima. Namun hal ini belum bisa sepenuhnya dikatakan bahwa hal tersebut merupakan akibat dari kontaminasi bencana reaktor nuklir Fukushima, karena radiasi alam serta banyak zat kimia lainnya di lingkungan serta faktor-faktor lain, juga bisa menjadi faktor mutagenik.
Dalam kebanyakan kasus, penyebab cacat lahir bawaan pada manusia dan hewan lainnya tidak dapat ditentukan, demikian lebih lanjut menurut profesor Whicker.
Sementara itu, Mary Cotter, seorang dokter hewan dan manajer House Rabbit Society di New York, menyatakan bahwa kelinci bisa saja terlihat seolah-olah mereka dilahirkan tanpa telinga karena ibu kelinci bisa saja mengunyah telinga anak mereka -dalam hal ini akan berupa daging dengan tepi bergerigi di sekitar kanal pendengaran mereka-. Hal ini bukan merupakan hal yang menarik untuk ditunjukkan, tetapi realitas alam menyatakan demikian.
Pertanyaan bagaimana kelinci dapat lahir tanpa telinga masih menjadi permasalahan bagi ilmuwan juga warga Jepang, yang mengasumsikan bahwa hal tersebut bisa jadi terjadi akibat dari bencana Fukushima. New York Times melaporkan, itu bisa jadi merupakan efek dari paparan dosis kecil radiasi selama jangka waktu yang panjang.
Perdebatan tentang dampak bencana Fukushima sejauh ini kebanyakan difokuskan pada anak-anak di Jepang. Panduan pemerintah yang dibuat setelah bencana menyatakan ambang batas tertentu mengenai paparan radiasi. Pemerintah Jepang diharapkan untuk memberikan pernyataan yang jelas setiap kali ada perkembangan baru untuk memberi ketenangan pada warga.
No comments:
Post a Comment