Wednesday, September 26, 2012
Anak Buah Itu Lebih Stres Ketimbang Bos
Enak benar jadi bos. Selain bisa menyuruh-nyuruh bawahan, gajinya juga lebih besar. Apalagi ternyata menjadi bos juga memperkecil beban pikiran akibat stres. Sebuah penelitian menemukan bahwa bawahan lebih sering mengalami stres dibanding bosnya.
Dalam laporan yang dimuat jurnal Proceeding of National Academy of Sciences, peneliti menemukan bahwa karyawan yang menempati posisi lebih tinggi dalam struktur perusahaan lebih sedikit mengalami stres. Penyebabnya karena atasan memiliki wewenang yang lebih besar dibanding karyawan lain.
Awalnya orang beranggapan bahwa menjadi atasan justru dapat memicu stres karena tanggung jawabnya besar. Namun para peneliti dari Harvard University, Stanford University dan University of California mencoba menguji kebenaran teori tersebut. Mereka membandingkan kadar hormon stres kortisol dalam air liur sekitar 150 orang bos dengan 65 orang karyawan yang tidak memegang jabatan sebagai pemimpin.
Kelompok bos atau pemimpin dalam penelitian sebagian besar merupakan peserta program pendidikan sekolah eksekutif Harvard Kennedy yang biasanya diikuti oleh pejabat pemerintah dan militer berpangkat menengah sampai tinggi. Ternyata para bos ini lebih jarang mengalami kecemasan berdasarkan pengujian kadar kortisol dan hasil survei.
Hasil perbandingan bos berpangkat rendah dengan bos berpangkat tinggi menemukan bahwa orang yang memegang posisi paling tinggi memiliki kadar kortisol terendah dan paling sedikit mengalami kecemasan. Temuan ini menegaskan bahwa tingkat jabatan sebenarnya berbanding terbalik dengan tingkat stres.
"Anggapan awam adalah para jenderal atau CEO mengalami stres yang sangat tinggi. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa para pimpinan memiliki kadar stres yang cukup mengejutkan," kata peneliti, Jennifer Lerner seperti dilansir Medical Daily, Rabu (26/9/2012).
Sampai saat ini, banyak ilmuwan sosial dan praktisi menyusun cara-cara agar para pemimpin dapat mengelola stresnya lewat manajemen stres.
Padahal penelitian sebelumnya pada monyet juga menemukan bahwa monyet yang memiliki kedudukan sosial lebih tinggi memiliki kadar hormon stres kortisol yang lebih rendah, terutama ketika bawahannya sering mengalami pelecehan dalam kelompoknya.
Lerner dan timnya meyakini bahwa para pemimpin ini memiliki sumber daya psikologis tertentu yang menyebabkan mereka lebih tahan terhadap stres, misalnya kuasa yang lebih besar sehingga dapat melindungi dirinya dari stres.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment